• Jelajahi

    Copyright © Karawang Channel
    Berita aktual tepercaya

    Kanal Video

    Demi Rumah Bantuan, Warga Karangligar Harus Rela Bongkar Rumah Sendiri

    Kamis, 10 Juli 2025

    Langit Karangligar siang itu cerah, tapi hati Acep (64) tetap diselimuti awan gelisah. Ia duduk di beranda rumahnya yang berdinding bata, memandangi halaman yang pernah beberapa kali tergenang air hingga semata kaki. Foto : Ilustrasi





    KARAWANG, Karawangchannel.com – Langit Karangligar siang itu cerah, tapi hati Acep (64) tetap diselimuti awan gelisah. Ia duduk di beranda rumahnya yang berdinding bata, memandangi halaman yang pernah beberapa kali tergenang air hingga semata kaki. 


    Rumah itu sudah puluhan tahun ia tempati, dibangun dengan susah payah, menjadi saksi hidup keluarga kecilnya menua bersama waktu.


    Namun kini, Acep menghadapi dilema,haruskah ia merobohkan rumah yang masih kokoh demi sebuah harapan baru, rumah panggung bantuan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi?


    “Memang sudah ada bantuan dari Pak Gubernur. Rumah panggung itu katanya tahan banjir. Tapi ya cuma satu dua rumah saja yang dibangun. Katanya tergantung penilaian kelayakan.” Kata Acep pelan, Selasa (8/7/2025).


    Diketahui, Program pembangunan rumah panggung ini merupakan bagian dari inisiatif 1.000 unit rumah untuk warga terdampak banjir di wilayah rawan genangan seperti Desa Karangligar. 


    Rumah-rumah baru itu dibangun di atas tiang kayu setinggi hampir dua meter, jauh dari jangkauan banjir tahunan yang selama ini jadi momok warga.


    Namun tak semua bisa serta-merta menikmati bantuan itu. Salah satu syarat utamanya: rumah lama harus dibongkar terlebih dahulu.


    “Ya sayang juga kalau rumah bagus harus dibongkar. Tapi katanya kalau mau dibangun, rumah lama harus dirobohkan dulu. Banyak warga yang akhirnya mundur. Padahal semua orang berharap bisa dapat bantuan.”” kata Acep, menghela napas


    Bagi sebagian warga, rumah bukan sekadar tempat berteduh. Ia adalah kenangan, warisan, bahkan simbol perjuangan. Tidak mudah menggantinya hanya karena banjir yang datang setahun sekali, terkadang dua kali.


    Acep sendiri sudah mendaftarkan namanya dalam program itu. Tapi hingga kini, belum ada kepastian.


    “Saya sudah daftar. Tapi belum tahu kapan mulai dibangun. Katanya tunggu saja,” ujarnya.


    Sementara itu, solusi jangka panjang dari pemerintah berupa pembangunan bendungan masih dalam tahap rencana. Harapan warga untuk lepas dari banjir belum benar-benar menjulang, seperti rumah panggung yang kini hanya berdiri beberapa unit saja di kampung mereka. (Silviana)

    Kolom netizen >>>

    Buka kolom netizen

    Berita Update

    Lingkungan

    +