KARAWANG, Karawangchannel.com – Rumah Sakit Hastien Karawang angkat suara terkait kabar seorang anak korban kecelakaan yang disebut harus menunggu hingga dua jam di depan ambulans kosong karena tidak ada sopir bertugas, pada Minggu (2/11/2025).
Manager Marketing RS Hastien Karawang, Nurultya, menjelaskan bahwa pasien datang ke rumah sakit dengan kondisi luka terbuka di bibir luar dan dalam, luka lecet di pipi kiri, serta sempat mengalami muntah darah. Melihat kondisi tersebut, dokter Instalasi Gawat Darurat (IGD) menyarankan pemeriksaan CT Scan untuk memastikan tidak ada cedera internal.
“Pasien datang dengan luka terbuka di area bibir luar dan dalam, serta luka lecet di pipi kiri. Karena pasien juga mengalami muntah darah, dokter IGD menyarankan CT Scan,” ujar Nurultya, Minggu (2/11/2025).
Namun, lanjutnya, karena RS Hastien belum memiliki fasilitas CT Scan, dokter menyarankan agar pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki alat tersebut. Proses rujukan dilakukan melalui SISRUTE (Sistem Rujukan Terintegrasi) atau SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) agar kepastian ketersediaan fasilitas di rumah sakit tujuan dapat dipastikan terlebih dahulu.
“Proses rujukan ini berlaku bagi semua pasien, baik BPJS, asuransi, maupun umum. Kami sudah menjelaskan hal tersebut kepada keluarga pasien dan memang membutuhkan waktu,” jelasnya.
Nurultya menambahkan, pihak keluarga sudah mendapatkan penjelasan tentang kondisi medis pasien dan menandatangani formulir edukasi. Namun, keluarga kemudian memutuskan untuk membawa pasien sendiri ke rumah sakit lain tanpa menunggu proses rujukan resmi. Keputusan tersebut dibuktikan dengan formulir APS (Atas Permintaan Sendiri) yang ditandatangani keluarga.
Terkait tudingan tidak adanya sopir ambulans, Nurultya menegaskan bahwa petugas sopir dalam kondisi siaga dan sempat berkomunikasi dengan keluarga pasien. Sopir juga telah menjelaskan bahwa rujukan harus dilakukan sesuai sistem dan disertai pendampingan petugas medis.
“Penanganan pasien sudah dilakukan sesuai prosedur medis dan administrasi yang berlaku. Kami juga akan terus melakukan evaluasi agar tidak terjadi kesalahpahaman serupa di kemudian hari,” tutupnya. (Red)
