![]() |
Lomba jurnalistik IPKB, mengupas tuntas peran keluarga, terutama ayah, dalam pencegahan stunting. Foto: Sri Susanti |
KARAWANG, Karawangchannel.com – Matahari senja terasa hangat di halaman Posbindu Lansia Bougenville Dusun Griya Desa Cibalongsari, Karawang. Sebagai peserta lomba jurnalistik IPKB, saya hadir di sebuah acara yang mengupas tuntas peran keluarga, terutama ayah, dalam pencegahan stunting. Acara dibuka dengan sebuah video yang merangkum transformasi Desa Cibalongsari, yang kini menjadi salah satu desa terpadat di Kabupaten Karawang. Mayoritas penduduknya bekerja di sektor industri, sehingga pola hidup dan struktur sosial keluarga pun ikut berubah.
Video ini menjadi jembatan narasi yang kuat menuju tema yang saya pilih: “Laki-laki Juga Peduli: Peran Ayah dalam Mencegah Stunting.” Fakta di lapangan menunjukkan, pergeseran profesi dari petani menjadi karyawan pabrik telah mengubah peran keluarga. Ayah tidak lagi hanya dipandang sebagai pencari nafkah, tetapi juga dituntut untuk hadir aktif dalam pengasuhan anak.
Hal ini diperkuat oleh Bidan Desa Cibalongsari, Bu Eny Susanti. “Alhamdulillah untuk stuntingnya memang kita tidak ada,” ungkapnya. Meski begitu, ia menegaskan bahwa masih ada 10 balita yang berisiko gizi kurang. “Di sini penting sekali peran keluarga, khususnya ayah, untuk ikut mengawasi pola makan, imunisasi, sampai kebiasaan sehari-hari anak.”
Peran ayah dalam kegiatan Posyandu juga menunjukkan kemajuan signifikan. Ketua KB Desa, Wiwi Irianti, menuturkan bahwa keterlibatan ayah telah meningkat. "Banyak bapak-bapak yang sudah berani ambil keputusan untuk MOP, karena mereka merasa kasihan sama istri, anak juga udah banyak, jadi punya semangat," jelasnya, merujuk pada program keluarga berencana permanen.
![]() |
Kader Posyandu : Demak Simanungkalit. Foto: Sri Susanti |
Hal ini diperkuat oleh Demak Simanungkalit, seorang kader desa, yang mengungkapkan adanya antusiasme para ayah yang mulai sering hadir di Posyandu. "Bapak-bapaknya juga nerima kita, 'Oh iya Bu, silakan,' cuman begitu doang kan kita udah enak ya diterima." Namun, ia juga mengakui masih ada beberapa bapak yang perlu terus didorong untuk datang, menegaskan bahwa upaya pendampingan harus terus dilakukan. Kisah-kisah inspiratif ini menunjukkan bahwa perubahan paradigma tentang peran ayah tidak lagi hanya wacana. Fakta di lapangan membuktikan bahwa rasa cinta dan tanggung jawab bisa mengalahkan ketakutan, membuka jalan bagi para ayah untuk hadir dan terlibat aktif demi masa depan anak-anaknya.
Data terbaru menunjukkan pergeseran yang patut dicermati: menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dirilis Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting nasional tercatat 19,8 persen, turun dari sekitar 21,5 persen pada 2023. Meskipun demikian, target nasional 14 persen yang dicanangkan belum tercapai. Di tingkat provinsi, Jawa Barat melaporkan prevalensi 15,9 persen pada survei yang sama (Kemenkes RI, 2024). Dalam konteks itulah, klaim zero stunting di Desa Cibalongsari sebagaimana diungkapkan oleh Bidan Desa perlu dipahami sebagai capaian lokal yang penting dan layak ditonjolkan sebagai hasil kerja komunitas, namun tetap perlu didukung data dan monitoring berkelanjutan agar risiko gizi kurang yang tersisa dapat dicegah.
Penelusuran data dan observasi langsung di Posyandu ini memberikan kesimpulan bahwa upaya pencegahan stunting di Cibalongsari bukan hanya soal program kesehatan, melainkan tentang perubahan paradigma. Bahwa seorang ayah yang mau hadir, mendengar, dan ikut terlibat adalah investasi jangka panjang bagi masa depan anak-anaknya. (Sri Susanti)