Kanal Video

Appostrap Jadi Program PHEONWJ Dalam Mengatasi Abrasi di Pantai Ciparage

Senin, 26 Agustus 2024




KARAWANGCHANNEL.COM - Di tengah euforia perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia, Kilang Pertamina yang berdiri megah mengolah energi yang menjadi tulang punggung bagi ketahanan energi nasional yang menopang aktifitas dan mobilitas manusia dalam menjalankan kehidupan nya sehari-hari.


 PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) suatu perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi (Migas) lepas pantai yang beroperasi membentang dari Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) sampai ke Cirebon Utara (Jawa Barat). Diketahui Luas wilayah kerja PHE ONWJ mencapai 8.279,29 kilometer persegi.


Tidak hanya itu, PHEONWJ melalui program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) untuk masyarakat, tepatnya di pantai Ciparage dusun Muara 1 Desa Ciparage, Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang. Dalam programnya tersebut PHEONWJ berinovasi tangani abrasi dengan menjadikan ban bekas motor untuk menahan ombak atau yang disebut Appostrap yang berfungsi sebagai pemecah ombak, Peredam Ombak, dan Perangkap Sedimentrap.


Adapun, pemasangan Appostrap tersebut telah dilakukan sejak pada tahun 2020 lalu yang melibatkan masyarakat setempat binaan PHEONWJ yang dinamakan Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Ciparage.


Ketua Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Ciparage, Satrio Firdauzi Rojak mengungkapkan, bahwa awal mulanya abrasi yang terjadi di Ciparage ini cukup luas sehingga muncul inisiatif pemasangan Appostrap yang bertujuan untuk penanganan abrasi.


"Appostrap ini sudah kami pasang di dua dusun sepanjang 800 meter selama 4 tahun. Alhamdulillah dengan pemasangan appostrap ini tanah timbul semakin bertambah, dan pemukiman jadi aman," ungkap Satrio, pada Selasa, (20/8/2024) saat diwawancarai langsung. 


Sementara itu, Penanggung Jawab Program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) PHE ONWJ Iman Teguh mengatakan, bahwa yang terdampak abrasi di desa Ciparage ini sebanyak 3 dusun yaitu dusun Muara 1, Muara 2, dan Pulo Mulya. Sehingga PHEONWJ bersama KKPMP bergerak cepat menangani abrasi yang terjadi di pantai Ciparage.


"Sejak tahun 2020 kita fokus penanganan abrasi, pemasangan ban ini tidak terstruktur dulu mulai dari memasang ban mobil yang cukup besar akan tetapi upaya tersebut tidak berhasil hingga hancur kembali, kemudian kami melakukan perangkaian metode appostrap, pada saat itu posisi ombak sampai rumah warga, namun pada saat pemasangan appostrap hal ini cukup efektif, bahkan semua sedimentasi yang dibawa gelombang terperangkap didalamnya hingga menjadi daratan," katanya.


Lebih lanjut Iman menjelaskan, dengan inovasi appostrap ini, ia menilai upaya tersebut sangatlah efektif, maka dari itu pihaknya kembali melanjutkan inovasi Appostrap yang dinilai sangat efektif ini sepanjang 800 Meter.


"Pada tahun 2022, appostrap tersebut kita modifikasi dengan bentuk segitiga karena lebih efektif, sehingga posisi segitiga ini kita patenkan ditiga lokasi," jelasnya.


Dikatakan Iman, sejauh ini pihak PHEONWJ telah melakukan program penanaman mangrove yang berhadapan langsung dengan gelombang besar yang bertujuan untuk penanganan abrasi, namun tidak efektif.


"Kita sudah coba tanam mangrove, namun semuanya tidak ada yang tumbuh dikarenakan berhadapan dengan gelombang besar, jadi bibit yang kita tanam kurang kuat akarnya sehingga tergerus dan biasanya mati, disini juga sedimennya dominan patahan karang jadi tidak cocok ditanam mangrove," paparnya.


Selain di Ciparage, pemasangan appostrap oleh PHEONWJ tidak hanya dipantai Ciparage melainkan ada dibeberapa tempat diantaranya di Pasir putih Cilamaya, daerah Mayangan Subang dan dibalongan Indramayu. 


"Dari beberapa daerah ini Rata-rata pemasangan appostrap ini cukup efektif untuk menahan gelombang dan sedimentasi yang cukup banyak," ujarnya. 


Kendati demikian, dari setiap program pembuatan appostrap segitiga tersebut dibutuhkan sebanyak 10.000 ban dengan menghasilkan jarak 100 meter. Ban yang dikumpulkan nya pun tidak gratis melainkan membeli kepada masyarakat yang mengumpulkannya. 


"Setiap pembuatan appostrap segitiga membutuhkan 10.000 ban dengan menghasilkan jarak 100 meter, dan ban-ban ini didapat dari masyarakat yang melakukan pengumpulan, nanti kita beli jadi tidak gratis, budget pembeliannya pun dari setiap program," pungkasnya. (Aip)

Kolom netizen >>>

Buka kolom netizen

Berita Update

Lingkungan

+