KARAWANG, Karawangchannel.com - Penerapan Kurikulum Merdeka di SMAN 2 Karawang telah memasuki tahun ketiga. Meski menuai hasil positif, sejumlah tantangan signifikan juga muncul, demikian diungkapkan Yudi Kirmadi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SMAN 2 Karawang.
“Kami sudah mulai menerapkan Kurikulum Merdeka sejak 2022. Meskipun belum berjalan sempurna, dampaknya sudah mulai terasa,” ujar Yudi.
Potensi Siswa Jadi Fokus Utama
Salah satu keunggulan Kurikulum Merdeka adalah pendekatan yang berpusat pada siswa, di mana mereka diberi kebebasan untuk mengembangkan potensi sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.
"Siswa sekarang memiliki lebih banyak ruang untuk mengeksplorasi dan mengembangkan diri sesuai apa yang mereka pilih,” jelas Yudi.
Namun, pendekatan ini juga membawa tantangan besar. Siswa harus mampu mengenali potensinya sendiri, sementara para guru harus lebih cermat dalam mengidentifikasi dan memfasilitasi perkembangan setiap individu.
"Ini bukan tugas yang mudah, baik bagi siswa maupun guru. Guru harus lebih teliti dalam mengenali kemampuan siswa, sementara siswa perlu tahu apa yang menjadi kekuatan mereka,” tambahnya.
Ironi: Masih Ada Siswa SMA yang Tidak Bisa Membaca
Di tengah berbagai inovasi pendidikan, Yudi menyoroti sebuah ironi, masih ada siswa SMA yang belum bisa membaca dengan lancar. Masalah mendasar ini, menurutnya, harus menjadi prioritas dalam evaluasi sistem pendidikan di Indonesia.
"Sungguh mengejutkan bahwa di beberapa sekolah, masih ada siswa yang belum bisa membaca. Ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi kita semua,” tegasnya.
Evaluasi Kurikulum Merdeka Diperlukan
Yudi juga menekankan pentingnya evaluasi mendalam sebelum kurikulum ini diterapkan lebih luas. Ia menilai bahwa penerapan Kurikulum Merdeka yang tergesa-gesa tanpa evaluasi matang berpotensi menghasilkan outcome yang kurang optimal.
"Kita butuh kajian lebih mendalam sebelum melangkah lebih jauh. Tanpa evaluasi yang tepat, penerapan ini bisa terkesan masih sebatas uji coba,” ungkapnya.
Krisis Moral di Tengah Kemajuan Teknologi
Selain masalah akademik, Yudi mengungkapkan keprihatinan terhadap moral siswa yang dianggap semakin menurun.
"Banyak siswa yang cerdas, tetapi moralnya kurang. Mereka memanfaatkan teknologi secara instan tanpa berpikir kritis, yang pada akhirnya membuat pola pikir mereka tidak terasah dengan baik,” katanya.
Pendidikan moral, menurutnya, harus mendapat perhatian lebih, terutama di era teknologi yang semakin pesat.
"Kecerdasan tanpa moral hanya akan menciptakan generasi yang tidak bijak dalam menggunakan teknologi,” katanya.
Dengan segala tantangan yang ada, Yudi berharap Kurikulum Merdeka dapat dievaluasi secara menyeluruh sehingga mampu menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual dan berbudi pekerti.
"Evaluasi dan perbaikan sistem ini, jika dilakukan dengan baik, diharapkan dapat membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik," pungkasnya. (Glr/Red)